Teori Pembentukan Tata Surya
Terdapat dua golongan teori yang mengemukakan pendapatnya tentang proses terbentuknya tata surya diantaranya adalah Golongan pertama yang berpendapat tata surya berasal nebula atau kabut asap sementara Teori yang mendukungnya ialah teori kabut dari Piere Simon de Laplace dan Immanuel Kant, serta teori planetisimal dari Moulton dan Chamberlin. Keduanya kemudian berpendapat bahwa tata surya berasal dari materi Matahari. Teori ini kemudian mendukung teori ini sendiri diantaranya teori pasang surut yang dikemukakan oleh Buffon dan teori awan debu yang dikemukakan oleh Carl von Weizsaecker.
Teori Nebula
Teori kabut (nebula) ini mengungkapkan terbentuknya tata surya melalui tiga tahap, dimana pada mulanya Matahari dan planet masih berbentuk kabut yang besar dan sangat pekat. Kabut ini kemudian berputar dan berpindah dengan kuat sehingga kemudian terjadilah suatu pemadatan pada pusat lingkaran yang selanjutnya terbentuklah matahari. Pada saat yang sama materi lain terbentuk dengan massa yang lebih kecil yaitu planet yang kemudian bergerak mengelilingi matahari. Gerakan berputarnya planet pada suatu orbit yang sama dan tetap ini kemudian membentuk suatu susunan tata surya (keluarga matahari). Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant pada tahun 1724-1804 (seorang ilmuwan dan filsuf Jerman) ialah orang yang pertama kali mengemukakan teori nebula. Menurutnya, tata surya terbentuk dari gumpalan kabut yang terdiri dari beragam gas. Pada mulanya gas-gas bermassa besar ini menarik gas dengan masa kecil di sekelilingnya hingga akhirnya membentuk gumpalan gas menyerupai cakram. Gumpalan gas ini kemudian mengalami penyusutan sehingga terjadilah perputaran kabut yang kian cepat. Gumpalan kabut dengan massa besar ini sendiri berada di pusat cakram menjadi Matahari, sementara gas-gas di sekitarnya mengalami penurunan suhu dan menyusut membentuk planet-planet yang mengelilingi matahari.
Teori Planetesimal
Teori planetesimal dikemukakan pada tahun 1905 oleh Moulton dan Chamberlin. Seperti teori Moulton, Kant-Laplace dan Chamberlin yang memiliki anggapan tata surya ini berasal dari kabut. Namun, berbeda dengan teori Kant-Laplace ia menyatakan terdapat gumpalan kabut berbentuk bola, Chamberlin dan Moulton menyatakan gumpalan kabut yang membentuk tata surya berbentuk pilin atau spiral hingga akhirnya terbentuklah kabut pilin. Kabut pilin ini sendiri terdiri dari butiran material yang disebut sebagai planetesimal yang setiap diantaranya memiliki lintasan orbit bebas hingga pada akhirnya terjadilah tumbukan antara planetisimal. Dikarenakan tumbukan yang berulang serta gaya gravitasi, terjadilah penumpukan planetesimal hingga menjadi gumpalan lebih besar. Gumpalan terbesar ini sendiri berpusat di kabut pilin hingga pada akhirnya menjadi matahari, sementara gumpalan-gumpalan yang lebih kecil kemudian menjadi planet-planet yang kemudian berevolusi mengelilingi matahari.
Teori Pasang Surut
Lebih dikenal dengan teori Hipotesis Tidal James-Jeffreys. Teori pasang surut ini kemudian dikemukakan pada tahun 1707-1788 oleh Buffon. Ia mengemukakan tata surya berasal dari materi matahari yang kemudian bertabrakan dan terlempar ke sebuah komet. Teori ini kemudian dilanjutkan pada tahun 1919 oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys. Jefferys dan Jeans ini menyatakan pendapat bahwa sebuah bintang besar yang mendekati Matahari akan menyebabkan efek pada kabut Matahari, yaitu efek pasang. Bintang besar ini kemudian menimbulkan kekuatan yang dapat menarik dan melepaskan massanya yang sebagian kepada Matahari hingga akhirnya berputar, pecah dan mendingin perlahan menjadi satelit dan planet seperti sekarang ini.
Teori Awan Debu (Proto Planet)
Carl von Weizsaecker, Seorang ahli astronomi Jerman pada tahun 1940-an mengemukakan pendapatnya dalam teori protoplanet tentang terbentuknya tata surya melalui teorinya ini. Teori ini sendiri disempurnakan pada tahun 1950-an oleh Gerard P. Kuiper, mereka melakukan perbaikan terhadap teori-teori sebelumnya. Teori yang paling banyak diterima orang karena dianggap memenuhi syarat untuk keadaan yang ditemukan, baik di dalam maupun di luar tata surya. Dasar teori protoplanet sendiri adalah matahari dan planetnya yang berasal dari kabut gas. Kabut gas ini sendiri tersebar tipis-tipis di angkasa dalam jumlah banyak. Karenanya pengaruh gaya tarik antarmolekul dalam kabut gas tersebut, perlahan-lahan kabut ini kemudian menjadi gumpalan yang kian padat. Keadaan ini sendiri disebabkan oleh gerak gas yang berputar dengan tidak beraturan pada kumpulan kaubt. Namun, gerak ini kemudian menjadi perlahan dan berputar yang memadatkan dan memipihkan kabut. Salah satu gumpalan yang mengalami pemampatan di tengah, sementara gumpalan yang kecil kemudian hanyut di lingkungan sekitarnya. Gumpalan di tengah inilah yang kemudian kita ketahui sebagai Matahari.
Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada tahun 1948 Teori Bigbang ini diungkapkan oleh Ralph Alpher, George Gamow, dan Robert Herman yang kemudian menyatakan alam semesta ini memiliki dimensi tak terbatas, ia tidak memiliki awal, dan abadi. Dengan memberi dasar bagi filosofi materialis, pandangan ini kemudian menyangkal Sang Pencipta, menyatakan semesta sebagai kumpulan materi yang konstan, tidak berubah-ubah dan stabil. Namun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 kemudian menghancurkan konsep-konsep primitif ini. Pada awal abad ke-21 dimana sejumlah pengamatan, perhitungan, dan percobaan fisika modern telah mencapai suatu kesimpulan dimana seluruh alam semesta serta dimensi waktu, muncul sebagai hasil ledakan raksasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu dan sekejap saja. Alam pada ini kemudian menjadi materi namun dan berubah menjadi materi yang sangat kecil dan padat, massanya sendiri tekanannya besar dan sangat berat karena adanya reaksi inti hingga kemudian terjadi suatu ledakan yang cukup hebat. Massa ini sendiri kemudian berserakan dan terus mengembang dalam waktu yang sangat cepat dan menjauhi pusat ledakan serta membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil dan terus bergerak menjauhi titik pusatnya. Dentuman besar ini sendiri terjadi saat seluruh materi kosmos dengan kerapatan yang besar dan suhu yang sangat tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta sendiri terlahir dari singularitas fisis dengan keadaan yang ekstrim. Teori Big Bang ini sendiri kian menguatkan pendapat bahwa alam semesta ini sendiri pada mulanya tak ada tetapi kemudian pada sekitar 12 milyar tahun yang lalu dan tercipta dari ketiadaan. Peristiwa ini sendiri dikenal dengan Ledakan Maha Dahsyat ”Big Bang”, dan membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya ini sendiri tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Teori Apungan
Teorinya Pergeseran Benua-Benua dan Apungan diungkapkan oleh perhimpunan ahli geologi Frankfurt Jerman. Dipopulerkan bentuk buku pertama kalinya pada tahun 1915 dengan judul Dje Ensfehung der Konfjnenfe und Ozeane yaitu Asal Usul Lautan dan Benua. Buku ini sendiri menimbulkan kontroversi besar pada lingkungan ahli geologi, hingga akhirnya mereda pada tahun enam puluhan usai teori Apungan Benua dari Wegener ini kian banyak mendapat dukungan. Wegener sendiri mengemukakan teori ini dengan pertimbangan:
- Terdapat kesamaan antara garis kontur pantai timur benua Amerika Utara dan benua Selatan dengan garis kontur Afrika serta pantai barat Eropa. Kesamaan pola garis kontur pantai ini sendiri menunjukkan bahwa sesungguhnya Benua Amerika Utara dan Selatan dan Eropa serta Afrika dahulu berbentuk daratan yang saling berhimpitan. Berdasarkan fakta formasi geologi yang terdapat di bagian-bagian yang bertemu ini dan kesamaannya. Keadaan ini sendiri telah dibuktikan kebenarannya. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika Barat dari tanjung Afrika Selatan dan Sierra Leone sama dengan formasi geologi di pantai Timur Afrika, dari Bahia Blanca dan Peru.
- Benua-benua ini dahulu disebut juga sebagai Benua Pangea yang kemudian pecah karena gerakan benua besar selatan yang bergerak ke arah barat dan ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah ini sendiri kemudian bergerak dengan kecepatan 36 m/tahun menjauhi daratan Eropa sementara Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/tahun. Dengan peristiwa ini kemudian terjadilah hal-hal Bentangan-bentangan samudra serta benua yang mengapung secara terpisah-pisah. Samudra Atlantik sendiri menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, sehingga terjadilah lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan di selatan dan utara yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Selatan dan Utara. Aktivitas seismik luar biasa di sepanjang Patahan St. Andreas, yang berada di dekat pantai barat Amerika Serikat. Batas Samudra Hindia kian mendesak ke utara. Anak benua India ini juga terus menyempit dan mendekati Benua Eurasia, hingga akhirnya menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya. Pergerakan benua ini sendiri hingga saat ini masih terus berlangsung dan dibuktikan dengan kian melebarnya celah di alur-alur bagian dalam samudra.
Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar ini dikemukakan pada tahun 1930-an oleh seorang ahli astronomi Inggris R.A. Lyttleton. Teori ini sendiri menyatakan Matahari dahulu diduga memiliki sebuah bintang sebagai kembarannya. Bintang yang menjadi kembaran Matahari itu kemudian meledak yang mengakibatkan terlemparnya sejumlah partikel. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang kedua kepingnya kemudian bergerak mengelilingi bintang hingga pada akhirnya menjadi planet. Sementara bintang yang tak meledak adalah matahari. Partikel yang terlempar ini kemudian menjadi dingin dan membentuk planet beserta satelit yang mengelilingi Matahari. Teori ini sendiri memiliki kekurangan berdasarkan analisis matematis yang dilakukan oleh para ahli dan menunjukan momentum anguler pada sistem tata surya saat ini hingga kemudian menghasilkan peristiwa tabrakan dua bintang.
No comments