• Breaking News

    • Cougar

      Pendiri Yayasan

    • Cougar

      Visi MTs. Darul Muna

    • Cougar

      Misi MTs. Darul Muna

    • Lions

      Selamat Hari Santri 2021

    • Snowalker

      Cegah Covid-19

    Asal-Usul, Sejarah, dan Penerapan Hukum Pascal dalam Kehidupan Sehari-hari



    Ada dua hal yang ngebuat kita senang ketika sedang nyuci motor. Pertama, sewaktu ngeliatin abangnya nyemprotin motor kita pakai busa salju. Kedua, ketika di sebelah kita ada yang nyuci mobil, kemudian menaik-turunkan mobilnya menggunakan mesin hidrolik.

    Kalau kita perhatikan, kayaknya unik banget ya. Ada satu pilar kecil yang mampu mengangkat si mobil. Padahal, kan, mobil berat banget. Coba aja pilar itu nggak cuman bisa ngangkat mobil, tapi juga ngangkat nilai matematika kita. Pasti tiap minggu kita ke tukang cuci. Hmmmmm.

    Lalu, bagaimana si pilar ini bisa mengangkat mobil yang punya berat mencapai 1 ton lebih?

    Jawabannya, hukum pascal.

    Sebelum ngomongin ini, kita akan berjalan-jalan sebentar ke abad 16. Pada tahun 1623, lahirlah seorang laki-laki di Clermont-Ferrand, Perancis, yang bernama Blaise Pascal. Dari kecil, dia memang dikenal sebagai anak yang pintar. Nggak. Kata “pintar” ini bukan kata yang diucapkan Ibunya sewaktu ngegendong Pascal dan nyuapin makanan, “Uuuu anak mama pinter…”

    Pascal bahkan sudah kehilangan sosok Ibu sejak dia berusia 4 tahun. Dia juga tidak menempuh pendidikan secara resmi.

    Tapi, dia tidak menyerah.

    Di usia 12 tahun, dia berhasil membuat mesin penghitung untuk membantu pekerjaan Ayahnya. Di usia ke 16 menulis buku tentang kerucut, dan di usia ke 18 sukses menciptakan kalkulator digital pertama di dunia. Iya. Usia 18 tahun. Pertama di dunia. Oh, bandingkan dengan kita. DI usia segitu mendengar kata “Fisika” aja rasanya pengin jawab, “Astaga… makhluk dari mana itu?”

    Sayangnya, karena terlalu giat bekerja, kesehatan Pascal menurun. Sejak usia 18, dokter menyarankannya untuk hidup lebih santai dan bersenang-senang. Tapi, bukan Pascal kalau nggak gemes sama sains. Sewaktu main, dia iseng memperagakan hukum Toricelli (hukum yang mengukur kelajuan air yang mengucur dari tangki yang bocor). Tapi, dia tidak membolongi tangki air di rumahnya, melainkan mengisi kantung dari bahan plastik dengan air. Lalu, ia melubangi kantung itu. Nggak, dia nggak mengisi kantung itu pakai es teh lalu mengenyot ujungnya kayak anak SD kok.

    Dia memberikan banyak lubang di kantung air itu.

    Lalu, memperhatikan air yang mengucur dari kantung.

    Kemudian, dia merasa ada yang aneh. Kok, air yang keluar dari lubang-lubang itu punya pancaran yang sama kuat. Akhirnya, dia menemukan teori yang dia beri nama Hukum Pascal:

    Pemikiran itu lah yang menjadi dasar pemikirannya akan hal yang berbau fluida ini. Karena tekanan si air di kantung sama besar, dia merasa kalau kita memberikan gaya berupa tekanan pada “cairan tertutup” itu, maka tekanan di setiap bagian cairan itu juga akan meningkat, sesuai dengan besar tekanan yang kita berikan.

    Teori ini lah yang kemudian dikembangkan menjadi berbagai macam hal. Supaya lebih gampang, kita akan menggambarkannya dalam sebuah bejana tertutup.

    Pada piston tersebut terlihat bahwa kita bisa mendapatkan gaya 20 ribu newton hanya dengan memperbesar luas permukaan piston di ujung satunya menjadi dua kali lipatnya. Konsep ini lah yang diterapkan oleh abang-abang tukang cuci mobil hidrolik tadi. Kita tinggal mengatur tekanan yang diberikan di pipa yang satu, dan luas permukaan di pipa yang lain. Keangkat, deh, mobil yang beratnya lebih dari 1 ton. Nggak perlu repot-repot merayap ke kolong mobil buat nyuci mesin mobilnya.

    Sumber : ruangguru.com

    No comments

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad